Teori Konstruktivisme – Teori ini didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang sudah dipelajari.
Konstruktivisme ini sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, melainkan apa yang sudah dilalui dalam kehidupan kita selama ini dan merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman yang sudah dilalui.
Teori belajar konstruktivisme ini disebut juga dengan nama teori konstruktivsitik. Proses belajarnya pun juga bisa disebut dengan belajar konstuktivisme yang mudah mudahan dapat kita pahami dalam artikel ini.
Pengetian Belajar Menurut Teori Konstuktivisme

pixabay.com
Kontruktivisme ini berasal dari kata kontruksi yang artinya “membangun”. Ketika masuk ke dalam kontek filsafat pendidikan maka kontruksi itu diartikan dengan upaya untuk membangun sebuah susunan kehidupan yang berbudaya maju.
Gagasan tentang teori ini sebenarnya bukan hal yang baru, karena segala hal yang dilalui didalam kehidupan ini merupakan himpunan dan hasil binaan dari pengalaman yang menyebabkan pengetahuan akan muncul dalam diri seseorang.
Teori kontruktivisme ini juga mendefinisikan bahwa belajar sebagai aktivitas yang benar-benar aktif, dimana peserta didik harus membangun sendiri pengetahuannya masing-masing, mencari makna sendiri, mencari tahu tentang yang dipelajarinya dan menyimpulkan konsep dan ide baru yang ditemukannya dengan pengetahuan yang sudah ada dalam dirinya.
Konsep Pendekatan konstruktivisme

pixabay.com
Pendekatan konstruktivisme ini mempunyai beberapa konsep secara umum yaitu, sebagai berikut:
- Pelajar aktif yang membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada.
- Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya mampu membina sendiri pengetahuan mereka.
- Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri yaitu melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran yang baru.
- Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang yang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada didalam dirinya.
- Ketidakseimbangan merupakan faktor utama motivasi pembelajaran. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar yang sudah menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
- Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat dalam belajar.
Baca Juga : Teori Behavioristik
Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme

pixabay.com
Beberapa karakteristik dan juga merupakan prinsip paling dasar didalam teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Mengembangkan strategi yang bertujuan untuk mendapatkan dan menganalisis informasi dengan baik.
- Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari satu prespektif saja, melainkan dari perspektif jamak (multiple perspective).
- Peran peserta didik sangat utama dalam proses pembelajaran berlangsung, baik dalam mengatur atau mengendalikan proses berpikirnya sendiri maupun untuk ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
- Scaffolding ini digunakan dalam proses pembelajaran. Scaffolding merupakan proses yang mampu memberikan tuntunan atau bimbingan kepada peserta didik untuk dikembangkan sendiri.
- Pendidik berperan sebagai fasilitator ,tutor dan mentor untuk mendukung dan membimbing para belajar peserta didiknya.
- Pentingnya evaluasi didalam proses pembelajaran dan hasil belajar yang otentik.
Tokoh-Tokoh Teori Belajar Konstruktivisme

pixabay.com
Didalam sebuah teori pasti terdapat beberapa tokoh penting yang sudah berkontribusi dalam merumuskan teori ini, berikut inilah tokoh yang berada di dalam teori belajar konstruktivisme:
1. Driver dan Bell
Mereka berdua berpendapat bahwa karakteristik teori belajar Konstruktivisme ini adalah sebagai berkut:
- Peserta didik dipandang sebagai pasif, tetapi memiliki tujuan dalam belajar
- Keterlibatan oleh peserta didik seoptimal mungkin dalam pembelajaran
- Pengetahuan tidak datang dari luar tetapi dikonstruksi oleh peserta didik itu sendiri
- Pembelajaran bukan berupa transfer pengetahuan saja, tetapi mampu melibatkan pengendalian dan rekaya kondisi dan situasi didalam kelas
- Kurikulum bukanlah sekedar untuk dipelajari saja, melainkan seperangkat sumber yang harus dikembangkan lebih baik lagi kedepannya.
2. J. Piaget
Piaget yang sudah dikenal sebagai konstruktivis, yang menegaskan bahwa pengetahuan ini dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah penyerapan informasi yang baru. Sedangkan akomodasi ini adalah sesuatu yang disediakan untuk kebutuhan dalam penyusunan stuktur informasi yang lama maupun informasi baru, baik itu tempat maupun kebutuhan yang lain.
Ada 3 (Tiga) hal pokok yang berkaitan antara tahap dalam perkembangan intelektual dengan tahap perkembangan konstruktivisme mental (kognitif), yaitu sebagai berikut:
- Intelektual yang berkembang melalui tahapan yang beruntun dengan urutan yang selalu sama.
- Perkembangan intelektual ini telah dianggap sebagai suatu cluster yang bisa dikelompokkan berpatokan pada operasi mental;
- Tahap-tahap dalam perkembangan ini mampu dilengkapi oleh keseimbangan (equilibrium), proses perkembangan antar pengalaman yang terinteraksi (asimilasi) dan struktur kognitif yang selalu timbul (akomodasi).
3. Vigotsky
Vigotsky ini telah memahami bahwa belajar itu dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial. Proses belajar oleh seseorang dengan discovery lebih mudah apabila dalam konteks sosial budaya.
Inti kognitivisme-nya Vigotsky ini adalah interaksi yang dilakukan antara aspek internal dengan eksternal yang terjadi pada lingkungan sosial.
4. Tasker
Teori belajar kontruktivisme Tasker juga telah menekankan bahwa ada tiga hal yang harus ada dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
- Peran aktif dari peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna
- Kaitan antar ide-ide yang baru yang juga sangat penting dalam pengkonstuksian
- Mengaitkan antara informasi yang baru diterima dengan gagasan-gagasan yang sedang dikembangkan
5. Wheatley
Wheatley juga telah mendukung teori belajar kontruktivisme ini dengan mengajukan 2 (Dua) prinsip utama dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
- Pengetahuan tidak bisa diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh struktur koqnitif dari peserta didik itu sendiri
- Kognisi berfungsi adaptif dan dapat membantu pengorganisasian pengalaman nyata untuk dikembangkan dalam proses belajar dan mengajar
6. Hanbury
Hanbury juga mengemukakan beberapa aspek berlandaskan teori belajar kontruktivisme ini yaitu, sebagai berikut:
- Belajar harus melalui pengkonstruksian informasi dan ide yang sudah dimiliki
- Pembelajaran bisa menjadi bermakna apabila peserta didik mengerti tentang apa yang diajarkan
- Strategi peserta didik sangat bernilai
- Peserta didik bisa berkesempatan untuk diskusi dengan sesama peserta yang lain
Baca Juga : Teori Hukum
Proses Belajar Menurut Teori Belajar Konstruktivisme

pixabay.com
Pada bagian ini maka akan Elnuha bahas tentang proses belajar dari pandangan teori belajar konstruktivisme dari aspek-aspek berikut ini:
- Peserta didik
- Peran guru
- Sarana belajar
- Evaluasi belajar
Proses Belajar Konstruktivistik

pixabay.com
Proses belajar konstuktivistik ini berupa “Constructing and restructuring of knowledge and skills within the individual in a complex network of increasing conceptual consistently”.
Membangun dan merestrukturisasi pengetahuan dan keterampilan secara individu dalam lingkungan sosial dalam upaya untuk peningkatan konseptual secara konsisten.
Oleh sebab itu maka pengelolaan dalam pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan pada peserta didik dalam memproses gagasannya bukan semata-mata olahan peserta didik dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi dalam belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai ijazah dan lain sebagainya.
Penerapan teori belajar Konstruktivisme ini sudah sering digunakan pada model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving seperti proses pembelajaran yang menemukan (discovery learning) dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).
Peranan Peserta Didik

pixabay.com
Peserta didik ini harus aktif dalam melakukan kegiatan aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sudah mereka pelajari.
Guru memang menjadi andil dalam membantu penataan lingkungan dan memberi peluang belajar yang optimal kepada peserta didik. Tetapi pada akhirnya peserta didiklah yang harus bisa menentukan sendiri terwujudnya belajar yang sepenuhnya itu.
Paradigma konstruktivistik memandang bahwa peserta didik sebagai pribadi yang memiliki kemampuan awal sebagai modal dasar sebelum belajar dalam mengkonstuksi pengetahuan atau ilmu yang baru, oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat dari guru.
Maka sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Baca Juga : Teori Agensi
Peranan Guru

brillio.net
Guru dapat membantu peserta didiknya agar bisa memproses dan pengkonstuksian pengetahuan berjalan dengan lancar.
Guru tidak bisa mentransfer pengetahuan melainkan hanya bisa membantu peserta didiknya untuk membentuk pengetahuannya masing-masing. Guru juga harus bisa memahami cara pandang belajar peserta didiknya.
Kunci peranan guru dalam proses belajar adalah sebagai pengendalian yang meliputi sebagai berikut:
- Dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengambil sebuah keputusan dan bertindak.
- Mampu menumbuhkan kemandirian dari peserta didik dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan juga bertindak.
- Bisa mendukung dan memberikan kemudahan dalam proses belajar agar peserta didik mempunyai peluang yang optimal untuk memahami apa yang sudah di ajarkan.
Sarana Belajar

pixabay.com
Segala sesuatu seperti, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya bisa disediakan untuk membantu pembentukan dalam pengetahuan.
Yang dipahami dalam teori belajar konstruktivisme ini bahwa pembentukan pengetahuan itulah yang akan menjadi inti dalam teori belajar ini.
Peserta didik mampu diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang sedang dihadapinya dengan cara demikian peserta didik akan terbiasa dan lebih terlatih untuk berpikir sendiri dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya secara mandiri kritis kreatif dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
Evaluasi Belajar

pixabay.com
Dari awal sampai akhir dalam proses pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme ini akan ada beberapa hal yang perlu diketahui, mulai dari sarana, kemampuan awal peserta didik, guru dan hasil belajar para peserta didik.
Sejauh mana mereka dalam proses pembelajaran berlangsung dan menimbulkan pemikiran untuk mengevaluasi, terutama evaluasi belajar bagi peserta didik.
Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik ini dapat diarahkan pada tugas-tugas yang dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mampu menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi seperti tingkat “penemuan” pada taksonomi Merrill atau strategi “prinsip” pada Gagne serta “sintesis” pada Taksonomi Bloom.
Juga mengkonstruksikan semua pengalaman dari peserta didik dan mengarahkannya kepada konteks yang lebih luas dengan berbagai sudut pandang yang baru.
Mungkin itu saja yang bisa Elnuha sampaikan mengenai teori konstruktivisme, semoga bisa bermanfaat bagi sobat semua dan bisa menambah wawasan yang baru.
Terima kasih.
No Responses Yet